Kemeriahan Dugderan: Menyambut Bulan Ramadan di Semarang

  • Post author:
  • Post category:Berita

Dugderan adalah tradisi unik dan meriah dari Semarang, Jawa Tengah, yang secara turun-temurun menjadi penanda sekaligus penyambut datangnya Bulan Ramadan. Lebih dari sekadar pasar malam dan parade, Dugderan adalah perayaan budaya yang sarat makna, mempersatukan masyarakat dalam suka cita menyongsong bulan suci, sebuah warisan leluhur yang terus lestari.

Nama “Dugderan” berasal dari suara bedug yang ditabuh (“dug”) dan letusan meriam atau petasan (“der”) saat dimulainya tradisi ini. Bunyi-bunyian ini menjadi isyarat resmi bahwa Bulan Ramadan akan segera tiba, mengundang kegembiraan dan antusiasme di seluruh penjuru kota.

Puncak perayaan Dugderan adalah pasar malam yang semarak, biasanya dipusatkan di sekitar Masjid Agung Kauman dan Lapangan Pancasila (Simpang Lima). Berbagai dagangan dijajakan, mulai dari makanan tradisional, kerajinan tangan, hingga mainan anak-anak, menciptakan suasana festival yang sangat ramai dan penuh warna.

Salah satu ikon Dugderan yang paling dinanti adalah Warak Ngendog. Makhluk fantasi berwujud naga dengan kepala mirip naga, tubuh gabungan unta dan kambing, serta telur di punggungnya ini menjadi maskot parade. Warak Ngendog melambangkan perpaduan budaya dan kepercayaan yang ada di Semarang, menyambut Bulan Ramadan.

Parade Warak Ngendog adalah atraksi utama. Diiringi musik tradisional dan tarian, Warak Ngendog diarak keliling kota, menarik perhatian ribuan warga yang tumpah ruah di jalanan. Kemeriahan parade ini menjadi simbol kebersamaan dan kegembiraan kolektif dalam menyambut bulan suci.

Selain parade dan pasar malam,juga diisi dengan berbagai kegiatan seni budaya dan keagamaan. Hal ini bertujuan untuk memperkuat nilai-nilai Ramadan dan tradisi lokal, mengingatkan masyarakat akan makna sebenarnya dari yang akan datang.

Tradisi Dugderan telah berusia ratusan tahun dan terus dipertahankan oleh masyarakat Semarang. Ini adalah bukti kuat bagaimana sebuah kebiasaan lokal dapat beradaptasi dan tetap relevan di tengah modernisasi, menjaga identitas budaya kota.

Pemerintah Kota Semarang dan berbagai komunitas lokal berperan aktif dalam melestarikan Dugderan. Mereka memastikan acara ini diselenggarakan setiap tahun dengan sukses, menarik wisatawan, dan memperkenalkan kekayaan budaya Semarang kepada khalayak luas.

Dugderan tidak hanya sekadar tradisi; ini adalah ritual komunal yang menyatukan masyarakat Semarang. Melalui kebersamaan dalam perayaan, mereka membangun semangat gotong royong dan mempererat tali silaturahmi menjelang.